Tentang Liya

“Rata-rata cerpen dan resensinya masuk koran. Resensinya aku suka sih (orangnya juga :P) wkwkwk. Tapi cerpennya aku kurang tertarik (buat baca(?) ). wkwkwk”

“Heh, bukannya kamu emang suka orangnya sejak dulu Li(?) :P”

“Eh, iya sih Mi. hahaha”

Itu Liya, si penyuka lelaki antah berantah yang tiap kali dia cerita membuat saya gemas ingin menjitak lelaki itu. Karena membuat emosi. Tapi gimana mau menjitak, kenal dan pernah ketemu saja tidak?

Dilain waktu…

“Mi, liat IG storyku deh Mi.”

Beberapa saat kemudian…

“Bukannya kamu kemarin di Malang Li, kok sudah di kafe Basabasi saja, kapan pindahnya?”

“Hahaha.. Iya, jadi kemarin aku seharian di Malang, terus sore pulang sampe rumah malam. Besoknya jam dua siang aku dalam perjalanan ke Jogja, malamnya aku di sini.”

“Ya ampuun Lia, itu badan apa kitiran. Cepet banget pindah.”

“Liya, Mi. Bukan Lia.”

Itu Liya, yang setiap kali saya salah memanggil dengan kehilangan huruf ‘y’ ditengah namanya, dia akan protes besar-besaran. Meski sebenarnya lidah saya pun melafalkan dengan ‘Lia’ bukan ‘Liya’. Hehehe. Itu Liya, yang jam terbangnya tinggi banget. Tubuhnya yang kecil seperti kitiran yang siap diterbangkan angin.

Liya ini sahabat saya yang saya temukan entah dimana. Satu SMA juga tidak, satu organisasi di luar sekolah (PMI mungkin) juga tidak. Seingat saya dia temannya teman saya, dan juga temannya sepupu saya. Dia temannya BJ (alias Bayu Jagat, yang dikenalnya entah dari mana) yang mana BJ ini adalah teman SMA saya yang rumahnya dekat dengan saya. Dia pernah sekelas dengan Eka waktu Aliyah, Eka ini adalah sepupu saya. Anak dari adiknya Bapak. Sungguh pertemanan kita mbulet saja sebenarnya. Nah, saya dan Liya sering bertemu di bus ketika berangkat atau pulang sekolah. Mungkin di sana saya mulai berkenalan dengan Liya(?).

Lulus SMA, Liya kuliah kebidanan di Jombang sedangkan saya di Surabaya. Kami masih sering kontak-kontakan, hanya saja sudah jarang bertemu. Kami kembali sering bertemu ketika masing-masing sudah lulus kuliah.

Liya adalah seorang yang menyukai kegiatan luar sekolah sejak di bangku sekolah. Biasanya di setiap Jumbara (Jumpa Bhakti Gembira) atau kegiatan HUT Pramuka dia selalu ada. Liya adalah seorang petualang. Saking seringnya dia mengunggah foto jalan-jalannya di instagram, sering teman-temannya berkomentar bahwa hidupnya enak, isinya jalan-jalan. Padahal saya tahu perjuangan Liya dibalik itu semua. Tidak seperti yang orang lain lihat. 🙂

Jalan-jalan yang dilakukannya juga bukan sekedar jalan-jalan senang-senang penghilang penat belaka. Dia memaknai dan menikmati setiap perjalanan yang dilakukannya, itu yang saya suka dari Liya. Seringnya karena bertemu dengan kawan-kawannya, sekalian mampir ke tempat-tempat sejarah atau wisata yang ada di kota tersebut. Sekaligus mencicip wisata kulinernya. Liya kawan-kawannya ada banyak di berbagai kota.

Liya ini tahan banting, mungkin sistem imunnya lebih tinggi dibanding saya. Pernah suatu ketika Liya mengajak saya ke Blora, ke kediaman Alm. Pramoedya, pulang pergi Liya yang banyak menyetir, jujur saya ga betah duduk lama dimotor, apalagi menyetir. Saya lebih menikmati duduk di belakang, tapi kok ya jahat banget kalau saya tidak menggantikan dia nyetir. Heuheu. Padahal hari sebelumnya dia baru saja pergi dari suatu tempat (yang saya lupa namanya) dan itu cukup melelahkan. Sungguh dia itu kecil-kecil cabe rawit. Badannya Liya tak jauh berbeda dengan saya, kecil dan imut. Hahaha.

Selain suka jalan-jalan, Liya juga suka menulis. Suka membaca. Liya suka menghadiri pelatihan menulis di sekitaran Ngawi, Solo dan Jogja. Rasanya bocah ini sering sekali ke kota-kota itu. Hmm..

Liya sering main ke rumah saya kalau kebetulan saya pulang ke rumah. Kadang juga sebaliknya. Beberapa saat yang lalu waktu saya pulang, kita tidak jadi bertemu, karena saya harus membantu persiapan pernikahan kakak sepupu saya. Saya dikejutkan dengan tingkah polah Liya yang menukar barang-barang miliknya dengan buku. Ini kreatif. Salah satu buku yang dia cari tapi belum berhasil ditemukan adalah buku-buku karya Haruki Murakami. Dia mengurangi banyak benda kurang bemanfaat dirumahnya dan membarterkannya dengan buku-buku yang direlakan oleh pemiliknya. Barang miliknya itu misalnya tas, sepatu, dan sendal. Terakhir saya sempat melihat sepatu hak tinggi, dengan tinggi 10 senti juga sedang dibarter. Saya tertawa dan berkata, “Ketinggian dan buat apaa..? Hahaha” Kabar yang saya terima di akhir acara barter barang tersebut, Liya mendapatkan sekitar sepuluhan buku.

Sungguh, ini patut di contoh! Barangkali kalian punya barang yang masih layak dan ingin dibarter buku, silahkan ditiru cara Liya ini. Lumayan, kan. Daripada barangnya menuh-menuhin kamar,  tapi ya tentu mencari teman yang membutuhkan dan dia merelakan koleksi bukunya berkurang. Namanya juga barter.

Selain itu semua Liya ini pandai sekali menyanyi, lagu-lagu Jawa (nyinden), dia bisa. Hadrahan, dia bisa. Apalagi lagu-lagunya Via Vallen, aah.. itu kesukaannya. Pernah suatu ketika dia rela berpanas-panasan ke Taman Wisata Tawun demi menonton konser Via Vallen. Sepulangnya dari sana dia pamer foto, fotonya Via Vallen yang cuma dari jauh. Apa sekarang lagunya Via Vallen yang terbaru, dia pasti hapal banget. Hahaha.

IMG-20180101-WA0003.jpg

Ini tangannya Liya, dan tangan kucingnya. Saya bilang itu kaki kucing, Liya tidak terima, Liya bilang itu tangan kucing, karena kalau kucingnya mau pergi ke sekolah dia salim pake bagian tubuh yang itu. Nah, kucingnya Liya sekolah lo, kucing kalian juga kan ? XD

Itu Liya, yang tampak-tampak saja yang bisa diceritakan. Dibalik sifat tidak mudah menyerahnya, Liya jugalah manusia dan seorang perempuan yang punya perasaan begitu sensitif.

Terakhir, Liya sedang mencari pekerjaan baru (lagi) yang sesuai profesinya sembari dia menyelesaikan pekerjaannya yang harus selesai di bulan April nanti. Dan sebelum itu semua, Liya bercerita bahwa dia mendapat komentar dari lelaki antah berantah tadi perihal buku antologi puisinya. Liya bilang akan mengirimkan bukunya ke si Aa’ tersebut, apa kata si Aa’nya? Begini,”Aku ga mau baca puisi dari penulis pemula kayak kamu.”

Serius, kok saya jadi pengen jitak beneran si Aa’ ini sih. Huft. Dan Liya jadi nangis karenanya. Tapi kalau beneran saya jitak, sebelum saya berhasil saya duluan yang dijitak sama Liya. 😦

Liya, sabar ya.

Saya cuma mau bilang, kamu gadis yang kuat dengan segala lika-liku hidup yang kamu balut rapi itu. Tetiba jadi kangen kamu yang suka cerita tak ada hentinya. Hahaha.

*Tulisan ini dibuat untuk sedikit menghibur Liya di kota Bambu sana. ❤ ❤ ❤ Kalau kata Liya, saya kurang kerjaan nulis beginian, tapi dia senang. 😀

38 thoughts on “Tentang Liya

  1. Si aa mah lieur kali ya haha. Padahal, pada semua yang juara adalah pemula. Mba Liya, tiap bacaan ada jodoh pembaca masing2, disuatu tempat ada yg diam-diam mencintai puisimu. 🙂

    Liked by 1 person

  2. Tunggu… awal hubungan kalian kenapa sepertinya ribet sekali. Temen dari temen yang rumahnya deket. Pernah sekelas dengan sepupu yang merupakan anak dari adiknya bapak… Wkwkwk

    Kayaknya kalian senada banget. Sama-sama petualang, sama-sama nulis. Mungkin kak ikha kurang dangdut aja kali ya. Adakah Liya di sini main blog juga? Pengen baca puisinya kalau ada atau tulisan lain, di samping mencari si Aa’ itu dan memberinya pelajaran

    Salam buat Liya!

    Liked by 1 person

    1. Wkwkwwk… asalkan kita berdua bukan orang-orang yang rumit yak. biar ketemunya saja yang rumit.

      sama-sama kecil juga. hahaha aku bisa kok dangdutan Fadel 😛
      Nah di wordpress dia ndak ada Fadel. dia ngeblog di sini, kebanyakan artikel

      https://cemuengawi.com/author/friliya/
      Del, Aa ada di daerah Jabar Del. hahaha
      ‘alaikumsalam. salam disampaikan. Liya baca ini insyaAllah.

      Like

  3. Liya sudah baca belum ya?
    Liya pasti senang punya sosok sahabat seperti mba ikha.. biasanya kalau sahabat deket malah ‘jaim’ untuk mengungkapkan sosok sahabatnya, salut juga untuk mba ikha!

    Btw, Liya sosok yg tegar ya, rela kehilangan barangnya demi sebuah buku. Untuk sebagian perempuan (termasuk saya) sulit melakukannya..

    Liked by 1 person

    1. Sudah Galuh, dia sudah baca. Hihi.
      😀 begitu ya rupanya. Syukurlh ini lancar saja pas nulis.

      Nah iya, kemarin saya juga kepikiran begitu. Tapi dengan hal ini kembali diingatkan, apa yg tidak kita butuhkan,(tidak terpakai) jangan ditimbun..

      Like

  4. ”Aku ga mau baca puisi dari penulis pemula kayak kamu.”

    Oke, suruh si Liya bilang gini…

    “Yaudah, aku juga gak aka merelakan karyaku ternodai oleh matamu”

    Sok okeeehhhh diaaaa….
    Palak awak ya kaannn….

    Liked by 2 people

    1. Nah, itu. Saya baru sekali sayangnya. Belum eksplore Blora. Waktu itu ke kediaman Alm. Pramoedya dan mampir ke waduk (saya lupa namanya)

      Like

  5. Baca ini rasanya kaya liat mbak ikha ngomong tiada henti. Kayanya ceriwis hehehe. Tapi dalam arti positif ya, tidak ada jarak walaupun kita tidak saling kenal. Apa mungkin saya terlalu sksd ya. Hehehe

    Liked by 1 person

  6. Wkwkw berkali kali baca ini tetep feel-nya beda, tetep sih pendapatku “kamu kurang kerjaan” tapi berkat kurang kerjaannya ini aku jadi gak sedih karena dianiaya Aa 🤣
    Ngakak guling-guling, Hay teman2nya ikha, salam kenal. Saya Liya, kucing dalam cerita itu. Saya baru dapet hidayah bikin blog haha
    Saya berharap dapat teman2 baru di blog, salam kenal 😉

    Liked by 1 person

    1. Wkwkwkk, kusenang jika kamupun senang. biarkanlah daku yang kurang kerjaan ini. sek kenapa kamu menyebut ‘saya liya, kucing dalam cerita itu’
      padahal kalimatku begini loo…
      “Itu tangan Liya, dan itu tangan kucingnya Liya.”
      Yeaay, selamat datang di dunia blog, Liya. semoga istiqomah :))

      Like

Leave a reply to PT Hebros Cancel reply