Pengalaman Bekam di Surabaya

Bekam. Apa yang teman-teman pikirkan ketika kali pertama mendengar kata bekam? Sudah pernah merasakannya? Atau baru kali pertama ini mendengarnya?

Pertama kali saya mengetahui dan merasakan bekam adalah tahun 2015. Saat itu ada salah satu bagian badan saya yang sakit, hingga akhirnya mendorong saya mencoba terapi bekam dan ternyataberlanjut sampai sekarang.

Sebagai orang yang takut (atau lebih tepatnya ngeri) dengan peralatan medis (segala hal yang berbau pisau, sayatan, suntikan), maka tentunya saya juga mempunyai berbagai macam ketakutan kecil sebelum benar-benar datang ke klinik bekam. Sejak kecil kalau sakit saya tidak pernah mau disuntik, hanya minum obat. Meskipun saya sering donor darah, tapi saya tetap tidak berani disuntik. Ngeri. Cukup imunisasi waktu sekolah saja saya merasakan suntik. Padahal donor darah itu juga disuntik pembuluhnya, mana jarumnya besar lagi, dan saya cukup sering donor. Aneh, ya. -_- 

Lalu apakah sih bekam itu ?

Sejauh yang saya baca-baca dari internet dan setelah tanya ke terapisnya. Bekam atau yang dikenal juga dengan hijamah adalah metode pengobatan dengan dilakukannya penyedotan kulit di bagian-bagian tertentu untuk mengeluarkan toksin, radikal bebas dan oksidan dalam tubuh melalui insisi tipis mengenai pembuluh darah kapiler pada epidermis.

Itu pengertiannya secara medis, pengertian sederhananya penyedotan darah kotor melalui sayatan tipis pada epidermis. Ingat, tipis ya. Jadi meskipun disayat tapi tidak dalam.

Bekam yang saya maksud di sini adalah bekam basah, ada cairan berupa darah yang dikeluarkan. Karena setahu saya ada juga bekam kering, yang mana dia hanya memberikan hisapan pada kulit dengan kop tanpa sayatan.

Ngeri ga sih kalau membaca sekilas kulit disayat dan darahnya dihisap. Ga kebayang sama vampir yang nyedot darah di leher kayak di pilem-pilem, kan? 😛

Setelah  saya menjalani terapi bekam, ternyata apa yang dulu saya gelisahkan tidak benar-benar terjadi. Dan ternyatanya lagi, tidak hanya saya yang merasakan ketakutan itu tapi beberapa teman juga mempunyai anggapan yang sama ketika saya bercerita tentang bekam kepada mereka.

Ketakutan kecil yang akhirnya menjadi rasa khawatir yang berlebihan. Sampai teman saya (Mbak Wid namanya) waktu itu bertanya,

“Bekam sakit ga Mbak?”

“Tidak.”

“Serius ga sakit?”

“Enggak”

“Ah, yang bener, kan itu sampe item kulitnya.”

“Ehmm, ora-ora.” (Ehmm, tidak-tidak)

Pada akhirnya dia juga mencoba sendiri dan percaya kalau bekam itu tidak sakit.

Dari pengalaman saya bekam saya selama ini, ada beberapa kekhawatiran saya yang terjawab setelah saya mengamali bekam sendiri.

  • Sakit

Ya, karena dalam bayangan saya kulit segar yang disayat dengan pisau atau jarum akan sakit. Terlebih dia mengeluarkan darah. Kena pisau waktu ngiris bawang saja sakit, kan. Apalagi ini tidak hanya satu bagian, tapi ada banyak bagian.

Ternyata tidak, tidak sakit. Kalau saya bilang sakitnya ini lebih sakit digigit semut rangrang yang merah itu. Mungkin tingkat sensitivitas kulit seseorang berbeda. Tapi beberapa teman saya sudah mencoba bekam dan tidak mengeluhkan sakit. Hanya perih setelah bekam itu saja. Dan itupun wajar, selayaknya kulit yang sedikit luka dan terkena keringat. Kan, keringat mengandung garam.

  • Darahnya tidak bisa berhenti mengalir

Sungguh, saya pernah mikir gini juga. Gara-gara waktu mencari-cari di internet dan melihat darah yang memenuhi kop orang yang dibekam begitu banyak. Gimana kalau keluar terus, kan banyak sayatan tuh. Wkwkwk

Bisa berhenti kok, paling banter cuma dua kali hisapan, darah akan berhenti setelah diberi minyak zaitun. Dan itu pun tidak banyak, tapi juga tergantung dengan banyak sedikitnya darah kotor yang ada di tubuh kita/titik yang diambil darahnya. Ya, namanya pembuluh darah kapiler, kecil kan. Kalaupun luka akan segera berhenti begitu pemicu keluarnya darah dihentikan.

  • Bekasnya tidak bisa hilang

Kalau pernah bekam atau pernah liat orang selesai bekam, pasti akan timbul bekas merah mendekati hitam yang bentuknya melingkar. Bekas itu dulu saya kira tidak bisa atau susah hilang, bekas sayatannya pula. Tapi ternyata  bekas bekam akan hilang dalam beberapa hari dan bekas sayatan juga akan hilang dan tidak menimbulkan bekas setelahnya.

Yang sedikit repot adalah jika kamu sakit kepala terus bekam di dahi, maka dahi kita setelahnya seperti orang kejedot tembok. Ada lingkaran sebesar uang koin tampak di sana. Selama ini saya belum pernah, karena bingung bagaimana menutupi bekasnya jika saya harus bekerja. Tapi jangan khawatir, bekas itu nanti juga akan hilang dalam beberapa hari. Sabaar saja. 😀

  • Perih setelah selesai

Perih adalah hal yang wajar untuk luka kecil-kecil bekas sayatan. Namun yang disarankan oleh terapis bekam adalah, jika kita bekam pagi hari maka disarankan mandi sore hari. Minimal lukanya sudah menutup dan tidak terlalu perih. Meskipun jika setelahnya mau mandi perihnya pun masih bisa ditahan, bukan perih yang sampai perih sekali menurut saya. Untuk mengurangi perih yang nantinya disebabkan keringat, kamu bisa mengolesi bekas bekam dengan minyak zaitun selepas mandi.

  • Jarum/pisaunya, kopnya kena infeksi

Untuk kekhawatiran ini, insyaAllah aman. Selama ini saya bekam dan terapisnya menggunakan alat yang sudah disterilisasi/steam terlebih dahulu. Kalaupun ada titik yang diperlukan kop sekali pakai, maka biasanya terapis akan memberikan kop sekali pakai dan pasien diminta mengganti uang untuk kop sekali pakai tersebut.

Nah, itulah beberapa rasa takut (atau khawatir ya lebih tepatnya) yang dulu terpikirkan oleh saya. Namun, ketika sekarang sudah merasakan manfaatnya, kadang saya malah ketagihan jika sudah lama tidak bekam. Ketagihan ketika badan capek semua.

Bekam sendiri selain merupakan metode pengobatan menurut sunnah Rasulullah SAW, juga memberikan manfaat yang baik untuk tubuh. Diantaranya memperbaharui sel-sel darah yang diproduksi oleh tubuh dan bisa juga sebagai terapi beberapa macam penyakit. Bisa digoogling, ada banyak artikel yang mengulasnya. heuheu

bekam4jpg
sumber : Bekamfast

Sekian pengalaman bekam saya selama di Surabaya. Penasaran? Pengen nyoba atau makin takut?

63 thoughts on “Pengalaman Bekam di Surabaya

      1. Yeaaahh, bekam kering namanya. Cuma modal kop, kapas, alkohol, sama minyak angin/minyak urut, Ikha.

        Btw, katanya bekas bulatan hitam tergantung sakit/penyakitnya. Jika di titik tertentu lama hilang, berarti sedang sakit. Katanya loh ya 😄

        Like

      2. yes Uda, bener itu.

        Iya Uda. bekas bulatan seberapa hitam memang tergantung penyakitnya. warna darah juga ngaruh. kadang ada yang cuma merah, kadang ada yang sampai hitam. macem-macem 😆

        Like

      3. Iya uda, kalau bekam basah ada yg darah kotornya merah biasa, ada yg sampe hitam. ada yang encer ada kentel, ada yang isinya cuma angin misal orangnya sering masuk angin😂

        Like

    1. enggak mbak, karena nanti sel darah akan diproduksi sama tubuh lagi. yang dibuang juga darah kotor. makanya sebelum bekam disarankan makan dulu minimal sejam sebelum dan sesudahkan disarankan tidur, istirahat dan bekamnya pas kita lagi ga haid.
      insyaAllah setahuku gapapa mbak buat yang anemia. atau lebih lanjutnya bisa konsul sama terapisnya..

      Like

  1. Wahh jadi kangen bekam.. udah hampir setahun ga bekam..

    Kemaren aku awal2nya juga takut.. tapi alhamdulillah setelah di bekam.. badan jadi enak.. 😁

    Like

    1. wkwkwk. pake masker aja terus temennya, biar aman wajahnya.

      hahaha. iya memang, kalau aku ke klinik banyakan yang sudah ibu-ibu dan bapak-bapak yang bekam. yang muda jarang.
      eh, belum tanya kalau itu. tapi seumuran Aul gapapa kok 😉

      Like

  2. Makin takut mbak kaa 😥 aku mending disuntik, satu titik, beberapa detik doang sakitnya trus ilang, soalnya pernah lihat rang bekam darahnya dimana-mana, dia yg dibekam aku yg pingsan 😥

    Liked by 1 person

    1. setahuku ada titik-titiknya tertentu mas Hend, biasanya dipunggung sampai kaki, misal sakitnya tipes, maag(area perut, enggak perutnya yang dibekam) itu ada titik di punggung (yang berhubungan dengan perut) yang dibekam.
      tapi ada juga bekam di kepala, dahi (buat pusing2) tergantung kebutuhannya.

      Like

  3. Kekhawatiran2 di atas true banget. Seumur-umur baru sekali dibekam. Agak kecewa sih, darahnya nggak sebanyak yang dikira, plus ngerasanya biasa aja pas selesai bekam 😂😂

    Biasanya enakan kak pasca bekam?

    Like

    1. dalam bayanganmu darahnya bakal banyak banget gitu ya Del ? wkwkwk. aku pernah mikir gt juga, tapi aku pikir-pikir lagi kalau banyak nanti darahku habis bisa-bisa. -_-

      alhamdulillah aku enakan Del, selalu merasa lebih enakan. kata terapisnya juga gt, kerasa enteng di badan. hmm, mungkin kamu perlu nyoba lagi atau badanmu memang ga banyak darah kotornya, jadi tetep sehat segar bugar meski habis dibekam atau tidak.

      Liked by 1 person

      1. wkwkwk. sebanyak donor gt. kok ngeri malah😂

        haha. iyaa. ringan deh pokoknya.
        coba deh coba, biar makin ringan kalau mau lompat2 juga.😉

        Like

Leave a comment