Totto-chan dan Dunia Anak-anak

Sepertinya magnet kebahagian terbesar ada di dunia anak-anak. Mereka bermain, mereka bahagia. Jatuh saat bermain pun rasanya juga bahagia. Tidak membuat sedih. Menangis ya sekadar menangis. Besok sudah lupa. Masalah hanya milik orang-orang dewasa. Anak-anak belum saatnya mengerutkan kening untuk bimbang memutuskan hal-hal besar. Mereka terlihat bahagia, bahagia dan bahagia.

Saya mulai menyukai buku bacaan anak-anak baru-baru ini. Kenapa ? Mungkin karena sudah tua, hahaha. Eh, bukan itu, alasan yang utama adalah saya bosan, jenuh dan berkerut-kerut kening terus-terusan membaca buku orang dewasa. Bahkan baca novel pun saya pusing. Akhirnya setelah membaca Momo-nya Michael Ende, saya memutuskan membaca buku anak-anak Totto-chan. Barangkali kebanyakan orang sudah membaca buku ini, jadi sepertinya saya ketinggalan sekali. Wkwkkw. Gapapalah ya.

Dan kali ini saya akan sedikit bercerita tentang Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela. Akhirnya saya menulis juga catatan sederhana ini demi menunaikan janji kepada adik saya, karena dia telah membuat postingan pertamanya.

Buku ini merupakan buku terjemahan, tapi bahasanya enak. Dan saya rasa bisa dibaca oleh semua kalangan, dan memang buku ini menjadi buku yang digunakan sebagai bahan ajar di Jepang sana. Itu artinya yang membaca anak-anak.

Adik saya membaca buku ini sampai tuntas, dan besoknya dia mengeluhkan buku terjemahan lain yang saya kasih. Katanya bahasanya membingungkan. Saya memberikan hadiah roman Lelaki Tua dan Laut. Saya membaca buku itu ketika kelas satu SMA dan buku itu membekas saja diingatan sampai sekarang. Ternyata setelah saya membaca buku Ernest Hemingway lainnya, saat sekarang, saya cukup merasa tidak terbiasa dengan bahasanya. Mungkin karena bacaan saya sudah mulai tidak beragam bahasanya. Jika zaman sekolah dulu saya baca juga roman Siti Nurbaya sampai buku Andrea Hirata. Dibaca juga karena tugas guru bahasa. Sekarang saya hanya membaca buku-buku yang bahasanya kekinian.

Kembali ke Totto-chan…

Awalnya saya pikir buku ini berkisah tentang Totto-chan yang memang dunia Totto-chan, maksud saya dunia anak-anak. Ternyata memang benar, sih. Apa yang diceritakan memang dunia Totto-chan dan lingkungannya, tapi ada nilai yang lebih besar dibalik itu semua. Mister Kobayashi dan caranya menciptakan tempat belajar yang nyaman untuk semua anak.

img-20180514-wa0006-740288283.jpg

Semuanya bermula pada Totto-chan yang akhirnya bersekolah di Tomoe Gakuen setelah sebelumnya dikeluarkan dari sekolah lamanya, karena banyak hal yang dilakukannya menurut gurunya termasuk mengganggu kegiatan belajar mengajar. Seperti dia yang memanggil tukang musik jalanan dari jendela dan menyuruhnya bernyanyi. Seperti dia yang berbicara dengan burung walet yang hendak membuat sarang. Seperti dia yang membuka dan menutup laci mejanya banyak kali dan itu membuat seisi kelas tidak terkondisikan. Seperti dia yang menggambar bendera sampai sepertiga mejanya penuh dengan rumbai-rumbai dan juga tiang bendera. Dan lain sebagainya, yang mana kesemua kelakuan Totto-chan membuat guru itu akhirnya mengeluarkan Totto-chan dari sekolah. Totto-chan tidak tahu bahwa dia dikeluarkan, dia hanya tahu dia pindah sekolah. Mama memberi tahu Totto-chan ketika dia sudah dewasa.

Tomoe Gakuen sendiri merupakan sekolah yang sejak awal sudah menarik perhatian Totto-chan. Bagaimana tidak, sekolah itu pagarnya hidup (dari pohon), tumbuh dan bergerak bila ditiup angin. Sementara yang Totto-chan tahu sekolahnya yang lama pagarnya terbuat dari besi dan mati. Kelas-kelasnya menggunakan gerbong bekas kereta api yang sudah disulap menjadi tempat meja dan kursi. Semua anak bebas duduk, tidak ada aturan khusus, semua anak bebas belajar tidak ada jadwal pasti. Mereka bebas belajar dari hal apa yang disukainya.

Totto-chan yang nama aslinya Tetsuko adalah anak yang unik, polos, rasa penasarannya besar, baik, begitu menghargai persahabatan dan terutama lucu. Orang lain mungkin menilai banyak dari kelakuan Totto-chan adalah sebuah kenakalan tapi Mama tidak. Begitupun semua orang di sekolah Tomoe Gakuen, terutama Kepala Sekolah.

Bagian yang saya sebut sebagai menuntaskan rasa penasarannya adalah bagian yang mana dia mencari sapu tangannya yang tercemplung di toilet. Hal ini bisa terjadi karena Totto-chan suka melihat ke arah lubang toilet ketika selesai menunaikan hajatnya. Dia (mungkin) penasaran apa yang terjadi dengan benda-benda yang telah dikeluarkannya. Iyuh, heuheu. Ya, namanya anak kecil.

Zaman dulu-kisah ini terjadi ketika perang Pasifik mulai meletus- toilet belum seperti sekarang. Mungkin lebih jelasnya kita bayangin seperti toiletnya orang Indonesia zaman dulu yang lebih sering disebut kakus. Tahu ga? Yaitu tanah di gali sekitar tingginya 1,5 m lebarnya masing-masing sisi satu meter. Kemudian atasnya dikasih papan dan ditimbuni tanah, tepat di tengah-tengahnya ada lubang untuk manusia menunaikan hajatnya. Nah, bayangan saya toilet di sekolah Totto-chan ini adalah seperti itu. Bedanya tempat penampungannya tidak langsung di bawahnya tapi ada kotak penampungan tersendiri.

Demi mencari sapu tangan kesayangannya, Totto-chan mencari-cari dimanakan kira-kira kotoran itu tertampung. Dia menemukan lubang yang disangka sebagai lubang tempat kotoran-kotoran bersemayam. Dengan gayung panjang dan susah payah membuka tutup lubang penampungan yang ada di luar toilet, dia mulai menciduk kotoran-kotoran yang sudah bercampur dengan tanah. Satu dua gayung kotoran mulai meninggi di dekatnya. Tapi dia belum menemukan sapu tangannya. Saat itu, saat Totto-chan mengeluarkan gayungnya yang kesekian, Mister Kobayashi-Kepala Sekolah Tomoe-lewat dan menemukan Totto-chan sedang mengeluarkan kotoran bercampur tanah itu. Beliau bertanya sedang apa dan Totto-chan menjawab dengan santainya bahwa dia mencari sapu tangannya. Mister Kobayashi pun berlalu pergi, beberapa saat kemudian Mister Kobayashi lewat kembali dan akhirnya bertanya, “Kamu akan mengembalikan semua itu nanti ke dalam lagi kan?” Totto-chan berhenti sejenak dan menjawab bahwa dia akan mengembalikannya.

Coba kalau kita melihat seoarang anak kecil berkutat dengan hal demikian, apa yang akan kita katakan?

Totto-chan menciduk sampai kotoran terakhir dan tidak menemukan sapu tangannya. Tapi dia puas dan bertanggungjawab mengembalikan semua kotoran yang menggunung di sebelahnya, dia melakukannya bahkan sampai menambahi lumpur karena dia berpikir kotoran-kotoran tadi ada airnya sementara ketika dia menuangkannya ke tanah, air dari kotoran sudah meresap ke tanah.

Sementara bagian kepolosan Totto-chan yang terasa lucu adalah dia yang suka keluar masuk pagar dengan cara menggali lubang di bawah pagar yang waktu itu terdapat kawat berduri. Kegiatannya ini membuat celana dalam dan bajunya sering robek. Mama berpikir permainan macam apa yang dilakukannya sampai-sampai membuat celana dalamnya robek setiap hari. Kemudian dia yang suka melompat, maka ketika dia tahu ada kertas koran di dekat sekolahnya dia melompat saja. Menurutnya itu seru, tapi lubang itu adalah lubang penutup bak penampungan kotoran yang sedang diperbaiki. Totto-chan tercebur ke dalam kotoran.

Karena suka melompat juga Totto-chan pernah tercebur ke adonan semen yang ada di tengah gunungan pasir. Totto-chan terendam di sana dari sore sampai menjelang gelap. Mama yang waktu itu baru pulang dan menemukan Totto-chan ada di kubangan semen, susah payah mengangkat Totto-chan dari sana karena sudah setengah badannya masuk ke adonan semen. Mama tidak marah hanya mengingatkan Totto-chan agar tidak melompat lagi ke gunungan pasir dan memastikan dulu apa yang hendak dilompatinya. Tapi apa yang diterjemahkannya adalah Totto-chan tidak boleh melompat lagi digunungan pasir, dia berpikir dia masih bisa melompat di tempat lainnya asalkan bukan gunungan pasir. Hadeh.

Kembali ke Tomoe..

Di Tomoe Gakuen ada beragam anak yang bersekolah di sana. Mister Kobayashi tidak menolak siapapun yang ingin bersekolah di sana. Muridnya tidak banyak, dari kelas satu sampai kelas enam hanya ada sekitar 50an anak. Sesuatu yang juga menarik Totto-chan adalah ketika sesi makan siang di sana. Dimana ketika jam makan siang, semua murid berkumpul di aula. Mister Kobayashi mensyaratkan bahwa masing-masing anak harus membawa bekal yang terdiri dari “sesuatu dari laut” dan “sesuatu dari gunung”. Kemudian Mister Kobayashi akan berkeliling diikuti istrinya di belakangnya yang membaca dua panci makanan. Mister Kobayashi akan berkata “laut” atau “gunung” setelah memeriksa kotak bekal masing-masing siswa. Jadi setiap siswa akan penasaran apakah dia akan mendapat “laut” atau “gunung”. Secara tidak langsung anak akan belajar apakah makanan ini berasal dari gunung (sayur) atau laut(ikan dan sejenisnya). Terkadang jika ada seorang anak membawa lauk yang merupakan hal baru, belum pernah ada yang bawa sebelumnya, Mister Kobayashi akan menjelaskannya dan meminta anak-anak melihatnya.

Saya jadi ingat film Upin-Ipin bagaimana suatu ketika mereka diminta membawa sayuran ke sekolah dan mereka membawa bayam, namun Upin menyebut itu sayur daun hijau ketika Cik Gu bertanya. Karena menurutnya mereka semua yang hijau adalah sayur daun hijau. Tidak tahu kalau ada kangkung, ada bayam atau ada juga sawi.

Bagaimana cara Mister Kobayashi mengajarkan konsentrasi melalui musik dan gerak/tari. Bagaimana guru-guru di Tomoe mengajarkan bertani dan langsung belajar ke petaninya. Bagaimana guru-guru di Tomoe mengajarkan bahwa semua anak spesial dan tidak ada yang aneh. Termasuk teman Totto-chan -saya lupa namanya- yang tubuhnya tidak seperti anak biasanya karena dia terkena polio. Bagaimana Mister Kobayashi dan para guru mengajarkan tentang persahabatan dan kekeluargaan. Dan banyak hal yang terjadi di Tomoe menurut saya itu keren.

Saya mengagumi Mister Kobayashi dan Mama. Menurut saya mereka berdua adalah sosok yang mengerti dengan anak-anak dan dunianya. Selengkapnya bisa dibaca sendiri. heuheu

Buku ini recommended dibaca siapa saja, anak-anak, orang tua ataupun remaja. Yang lagi stress, yang butuh bacaan ringan tapi berisi atau yang suka dengan dunia anak-anak dan pendidikan, boleh banget.

Baca saja nanti juga banyak pelajaran yang ditemukan.~

50 thoughts on “Totto-chan dan Dunia Anak-anak

  1. Nyesel deh gg sempet baca buku ini tuntas. Hikss gg ada bukunya skrang. Dulu udah smpat pinjem di perpustakaan fakultas ee karena banyak tugas terbengkalai deh 😫

    Liked by 2 people

      1. Iya nih mas, nysel nggak baca sampai habis.tapi pernah nnton film semacam cerita itu sih. Intinya tiap anak itu memiliki karakter beda-beda. Istimewa 😊

        Liked by 1 person

  2. Dulu malah pernah baca 2 versi terjemahan. Yang terbitan penerbit lama dan yang Gramedia. Yang terbitan baru pas bab Masao chaan baru ternyata orang Chosen itu orang Korea 😀

    Liked by 1 person

  3. Saya hanya mengatahui nama Toto Chan melalui blog, spertinya mas Shiq 4 pernah menuliskannya tapi sy tak sempat membacanya, padahal seru juga itu cerita ya meskipun ada juga yg agak menjijikkan yakni yg menguras isi WC itu hmm … kok ada ya ide menulis bgt?he he

    Liked by 1 person

      1. Bahkan aku selalu kembali ke buku ini lagi kalau stuck mengonsep metode pengajaran gituuu, keren bgt wes buku ini!

        Kusarankan kamu baca buku-buku sejenis: Totto-chan’s Children, Botchan, Dua Belas Pasang Mata, Sokola Rimba, dan buku-buku antologi Pengajar Muda dari Indonesia Mengajar. Selamat menikmati!

        Liked by 1 person

  4. Lha ini aku juga suka banget. Dulu baca pas zaman masih kuliah. Sampe-sampe aku nemu beberapa sekolah informal di Jakarta yang niru toto chan ini. Di gerbong kereta.

    Liked by 1 person

    1. Wah di Jakarta ada juga sekolah yang begini. Tapi sayangnya sekolahnya Totto-chan ini kena bom perang pasifik ya. Jd ga ada jejaknya sampai sekarang.

      Like

  5. Yup, mbak Ikha. Buku ini mmang recommended bnget. Pas bnget dibca oleh para guru, org tua, anak2 / siswa. Sy sdh prnah bca skli thn 2017 llu. Wktu itu sy dpt kiriman ebook Totto-chan dari mas shiq4. Di blognya shiq4, ad jg review buku ini. Bgus bnget bukunya. Sy jg suka, mbak Ikha.

    *jd ingat mas shiq4, kmn dia ya, gak prnh nongol lg slm hmpir 4 bln ini?😂😅

    Liked by 1 person

    1. Wah, Mas Des sudah baca juga rupanya. Isinya sangat bagus ya Mas Des.

      Nah Iya, banyak yang menanyakan Mas Shiq. Saya juga kurang tahu Mas Des. sudah lama beliaunya tidak muncul di blog. semoga sehat-sehat beliaunya.

      Like

Leave a comment