HOS : Salah Satu Tempat Wisata Sejarah Gratis di Surabaya

Awal bulan Juni lalu adik saya main ke Surabaya sampai menjelang libur lebaran. Barangkali bukan main lebih tepatnya, tapi pindah tempat tidur dan pindah tempat makan.

Mainnya dia kali ini dalam rangka mengisi liburan semester, pengen tahu Surabaya yang panas, pengen jalan-jalan, pengen nge-mall, ngerasain nonton di bioskop (maklum di Ngawi belum ada bioskop, adanya di Madiun) dan merasakan masakan Surabaya.

Sebenarnya saya bingung mau mengajak dia kemana, mengingat saya hanya punya waktu libur sabtu dan minggu, tidak mungkin keliling ke banyak tempat dalam dua hari, capek. Hehe. Saya hanya bilang akan mengajaknya ke mall saja, tapi adik saya merengek minta keliling Surabaya.

Di tengah kebuntuan itu saya mengajaknya ke Jembatan Merah Plaza (JMP), kalau diajak belanja pasti dia senang, ternyata sampai sana hari masih pagi dan JMP belum buka, setelah berpanas-panasan di taman depan JMP saya teringat dengan Nudya, saya dulu pernah diajak Nudya ke HOS (House of Sampoerna). Akhirnya saya memutuskan untuk mengajaknya ke HOS.

House of Sampoerna ini terletak di daerah Krembangan Utara, dekat dengan JMP. Jika naik kendaraan umum, kita bisa naik bus kota dari terminal kota Surabaya (Bungurasih) jurusan JMP, kemudian jalan kaki sekitar 500m menyusuri area belakang bekas penjara Kali Sosok. Atau jika tidak mau capek, kita bisa naik becak dengan ongkos 5-10rb rupiah. Tergantung, kamu tega menawar bapaknya atau tidak? Letak bangunannya persis berada di pojok persimpangan Jl. Kebalen dan Jl. Sampoerna.

Apa saja yang ada di House of Sampoerna ini?

Tiga hal yang menarik bagi saya dari House of Sampoerna ini adalah museum, kemudian cafe Tanamera dan bus SHT.

Museum House Of Sampoerna

Masuk melalui gerbang utama HOS, kita akan disambut dengan pos satpam tepat di sebelah kanan pintu masuk. Saya sebenarnya tidak yakin, ini gerbang utama atau gerbang khusus untuk pengunjung museum, soalnya pekerja yang bekerja di pabrik rokok tidak melewati gerbang ini, mungkin di belakang ada gerbang lagi atau semacamnya. Bangunan yang dijadikan museum terletak di tengah dan paling mencolok, pilar-pilarnya dibangun menyerupai batang rokok legendaris produksi HOS dengan warna yang khas. Apalagi kalau bukan Dji-Sam-Soe.

pintu utama museum
Gadis cilik itu kali ini jadi model di semua foto postingan 😀

Bagian dalam museum ini terdiri dari dua lantai. Di lantai bawah kita akan disuguhi berbagai macam pameran peralatan dan barang-barang yang berhubungan dengan rokok. Mulai dari foto-foto yang menandakan sejarah berdirinya Sampoerna, jenis tembakau (yang ini tembakau asli), foto-foto petani tembakau, miniatur oven (bangunan yang digunakan untuk mengeringkan tembakau), peralatan giling tembakau, peralatan untuk melinting tembakau, marchingnya Sampoerna dan berbagai peralatan lainnya.

miniatur oven tembakau
Miniatur banguan untuk mengoven tembakau
penyimpanan tembakau jaman dulu
Pengemasan tembakau zaman dulu, sekarang setahu saya sudah memakai karung goni
museum 2
museum lantai 1
koleksi bungkus korek api
koleksi bungkus korek api yang dulunya koleksi salah satu keturunan Belanda
gerobak rokok
Jualan non ? 😀

Sementara di lantai 2 tidak ada pameran khusus. Dulu waktu kali pertama saya ke sana ada pameran batik dan beberapa cendera mata. Namun, kali ini hanya ada beberapa benda-benda museum, bagian tengahnya kosong. Yang menarik dari lantai dua ini adalah kita bisa menyaksikan para pekerja yang sedang melinting tembakau dari balik dinding kaca, dengan catatan kita tidak boleh merekam ataupun memfotonya. Gambaran suasananya seperti di bawah ini, saya ambilkan dari foto yang dipajang di dinding menuju lantai 2.

P_20180609_113715.jpg
gambaran ketika pekerja sedang membuat rokok

Berkeliling museum tidak membuat adik saya girang, dia hanya asyik berpose a,b,c,d dan berfoto berulang kali. Tidak menikmati benda-benda yang disajikan sama sekali. “Anak alay,” batin saya. Momen yang paling dia tunggu adalah naik bus SHT.

Cafe Tanamera

Cafe ini terletak sebelum gedung museum. Saya tidak terlalu tahu tentang isi dan apa saja yang ada di dalam cafe ini. Meski dua kali pergi ke HOS, namun saya belum pernah masuk ke dalam cafe, hanya masuk ke bagian pelayanan yang ada di bagian depan cafe. Heuheu. Oke, kita skip saja, ya.

Bus SHT

bus SHT

Bus SHT atau Surabaya Heritage Track adalah bus wisata sejarah gratis yang dipersembahkan oleh House of Sampoerna untuk masyarakat. Dengan menggunakan bus yang bermodel seperti trem yang pernah ada di Surabaya pada zaman dulu ini pengunjung diberikan kesan yang berbeda sambil menikmati dan mengenal bangunan dan sejarah Surabaya serta tempat menarik lainnya.

Gimana caranya agar bisa naik bus SHT ini? Pertama kita harus mendaftar di bagian pelayanan. Ruang pelayanan terletak di bagian depan cafe Tanamera. Bus ini dalam waktu sehari beroperasi selama 3 kali, jam 10.00 pagi, jam 01.00 siang dan jam 03.00 sore. Sekali beroperasi akan menghabiskan waktu 1 sampai 1.5 jam, tergantung banyaknya lokasi yang dikunjungi. Selain mendaftar langsung kita juga bisa melakukan pemesanan lewat telfon ke bagian pelayanan sebelum jam keberangkatan bus dan selama kursi kosong masih tersedia.

kartu tanda peserta SHT

Apa menariknya naik bus SHT ini?

Selain kita bisa keliling Surabaya gratis, di bus SHT ini juga difasilitasi dengan adanya pemandu wisata dari pihak HOS. Guide akan mendampingi kita selama melakukan perjalanan ke lokasi-lokasi wisata sejarah. Mereka akan mengajak kita bertukar wawasan, menjelaskan peristiwa-peristiwa bersejarah yang berkaitan dengan lokasi yang kita kunjungi sebagaimana layaknya pemandu wisata pada umumnya. Yang pasti dijamin kita tidak akan ngantuk selama di bus ataupun dilokasi tujuan. Heuheu.

Rute untuk bus SHT ini berbeda untuk weekday dan weekend, berdasar informasi yang saya kutip dari web HOS adalah sebagai berikut :

REGULAR TOURS DAY SCHEDULE
Weekday Tue to Thurs
Surabaya – The Heroes City
(Heroes Monument – PTPN XI)
1. 10:00 – 11:00
Surabaya – The Trading City
(Hok Ang Kiong Temple – Escompto Bank)
2. 13:00 – 14:00
Surabaya during The Dutch Occupation
(Kebonrojo Post Office – Kepanjen Church – Ex. De Javasche Bank)
3. 15:00 – 16:30
Weekend Fri to Sun
Exploring Surabaya
(Balai Pemuda – City Hall – Ex. De Javasche Bank)
1. 10:00 – 11:30
Surabaya -The Heroes City
(Heroes Monument – GNI – PTPN XI)
2. 13:00 – 14:30
Babad Surabaya
(Kampung Kraton – City Hall – Cak Durasim)
3. 15:00 – 16:30

Sumber : houseofsampoerna.museum

Nah, tinggal pilih tuh, mau kemana dan hari apa. Rombongan apa sendirian? Kalau mau rombongan, agar lebih mudah kita bisa memesan sehari atau dua hari sebelumnya. Jadi, ketika kita sampai sana tinggal ambil tiket dan naik saja. Waktu saya kesana kemarin bertepatan dengan hari Sabtu (9 Juni 2018) dan mendekati libur lebaran, maka sudah banyak lokasi yang tutup. Kami hanya mengunjungi dua lokasi, yaitu Tugu Pahlawan dan PTPN XI.

Tugu Pahlawan

Tugu Pahlawan dalam kebanyakan meme digambarkan sebagai adiknya Monas, pada kenyataannya, Tugu Pahlawan ini lebih dulu dibangun daripada Monas yang mulai dibangun pada tahun 1961. Tugu Pahlawan yang dibangun untuk memperingati peristiwa pertempuran 10 Nopember 1945 ini diresminkan pada tahun 1952. Nah, lebih tua Tugu Pahlawan, kan!

tugu pahlawan
Itu payungnya bukan buat gaya-gayaan, tapi Surabaya waktu itu memang panas menyengat 😀

Jika ingin masuk museum Perjuangan Sepuluh Nopember yang ada di bawah tugunya, kita tinggal membayar Rp5.000,-, kalau tidak salah pelajar dan mahasiswa gratis, selama bisa menunjukkan kartu tanda pelajar atau KTM mereka, tapi kalau ingatan saya salah, ya berarti bayar :P.

Jika tidak ingin masuk museum tidak masalah, kita tetap bisa menikmati kawasan Tugu Pahlawan sambil foto sama tugunya. Kalau saya sih tetep nyaranin masuk, biar nanti bisa lihat biorama dapur umum Bu Dar yang dahulunya menyediakan nasi bungkus jaminan. Bu Dar ini adalah salah satu pahlawan kita, lho.

nasi jaminan
Biorama dapur umum bu Dar, simbok penyedia nasi bungkus jaminan
P_20180609_133709.jpg
Ibu Dar Mortir, beliau ada di antara pahlawan di atas

Ada banyak sekali cerita yang saya dapatkan ketika berkililing ke museum, salah satunya adalah cerita tentang nasi jaminan. Bu Dar Mortir ini adalah wanita pertama yang mendirikan dapur umum yang menyediakan nasi untuk para pejuang kita. Karena prinsip Bu Dar adalah “kita tidak bisa menang dalam berperang jika perut kita lapar”, maka tugas kaum perempuan di belakang salah satunya adalah membantu menyediakan makanan untuk para pejuang yang sedang berperang melawan musuh. Kenapa disebut nasi jaminan, karena jika ingin makan nasi bungkus dari bu Dar untuk besok, maka sebagai jaminannya harus memastikan dirinya hidup sampai besok pagi.

P_20180609_132059.jpg
Salah satu tulisan di dinding museum

Salah satu tulisan yang menarik perhatian saya, tulisan yang menceritakan relief di atasnya, berbunyi :

Wanita ikut berjuang, di belakang walau cemas dan tegang, tetap ingin membantu pejuang mengantar makanan, meski musuh siap menghadang tak hiraukan siksaan membayang

Kemudian dari pemandu wisata HOS ini juga saya baru tahu bahwa dahulunya Mall Plaza Surabaya atau Delta Plaza itu adalah sebuah rumah sakit. CBZ atau Rumah Sakit Umum Simpang, pada masa peristiwa 10 Nopember menjadi tempat penampungan para korban perang, dan juga dari pihak musuh yang terluka dan tertawan. Saking banyaknya korban sampai-sampai kepala rumah sakit bingung harus meletakkan korban di mana, mengingat ruangan dan fasilitas rumah sakit yang sangat terbatas. Banyak yang tidak tertolong jiwanya dan dimakamkan secara massal di belakang rumah sakit.

Ada banyak cerita lainnya, tapi kalau saya ceritakan semua, nanti pada bosen 😛

PTPN XI

Lokasi selanjutnya adalah PTPN XI. Gedung PTPN XI yang berada di jalan Merak No. 1 ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda dengan arsitektur yang menawan. Bangunan ini menggunakan teknik irisan yang dapat mengantisipasi kerusakan bangunan pada saat terjadi gempa. Mengingat Surabaya dahulunya adalah daerah rawa yang tanahnya “gerak”. Tak juga itu, bagian dalam gedung ini juga didesain secara apik dan menawan. Dan warna gedung ini adalah warna asli, artinya tidak pernah dicat sejak pertama kali dibangun.

wp-1531235043213..jpeg

Sebagaimana fungsi pertama kali gedung ini dibangun adalah sebagai kantor perdagangan Belanda, pada ruang utama gedung ini terdapat lambang kota dagang yang berjaya pada masa itu. Salah duanya adalah kota Cirebon dan Malang, tujuh lainnya bisa dicari sendiri. Hehe

Masuk PTPN XI ini sebenarnya bukan pertama kali untuk saya, saya pernah masuk ke gedung ini namun untuk urusan yang berbeda. Kali ini yang menarik perhatian saya adalah kami diajak masuk ke bunker yang ada di sebelah pintu utama gedung PTPN XI. Bunker pertama yang ada di PTPN XI ini menurut saya lebih luas dibandingkan bunker yang pernah saya masuki di Balai Kota Surabaya. Bunker di gedung PTPN ini didalamnya terdapat meja dan kursi yang mungkin zaman dulu digunakan juga untuk rapat, meskipun begitu bunker selanjutnya tetaplah seperti lorong yang pintunya sempit dan pengap. Masuk pun saya tidak berani, ngeri.

ptpn xi 1
foto bunkernya ga ada 😛

Naaah, dua tempat itu yang kemarin kami kunjungi secara gratis. Sebenarnya ada banyak lokasi wisata sejarah di Surabaya yang gratis, namun berhubung saya belum ke sana, jadi tidak saya tulis. Hahaha

Dan sebenarnya lagi hampir semua kawasan Surabaya adalah lokasi bersejarah, bagaimana tidak, viaduk yang ada di atas jalan raya dekat Tugu Pahlawan itu juga bersejarah, lho. Karena dari atas sanalah dulu pejuang kita menghadang tentara Inggris yang memaksa masuk kawasan Surabaya. Inggris akhirnya meledakkan truk perangnya, truknya meledak dan terbakar habis, namun viaduk itu tetap berdiri kokoh hingga saat ini.

Jadi, jika kalian kebetulan berjalan-jalan ke kota Surabaya, tidak ada salahnya mencoba wisata gratis ke House of Sampoerna dan terlebih ikut tour gratis dengan bus SHT ini. Sambil berwisata, sambil kita kembali belajar sejarah dan mengenang jasa para pahlawan kita.

70 thoughts on “HOS : Salah Satu Tempat Wisata Sejarah Gratis di Surabaya

    1. Iya Mas, jadi satu bangunan tapi ada batas area pengunjung museum, tidak bisa masuk ke area pabrik. *entah lagi kalau dengan ijin tertentu.

      beliau sudah almarhumah, meninggal tahun 1987.

      Like

    1. Iya, Mas. Di bangunan yang sama, hanya bersekat.

      Bukan, Mas. Peristiwa perobekan bendera Belanda itu di hotel Yamato, yang sekarang menjadi Hotel Majapahit.

      Like

      1. Hehe, sebenarnya kita sudah belajar pas SD dulu, tapi banyak lupanya. Saya juga kok Mas, karena tinggalnya di Surabaya saja jadi sedikit banyak ingat bangunan dan kaitannya sama sejarah 😀

        Like

  1. Hurray! Mbak Ikha nge-post! 😀
    Ah, enaknya bisa jalan2 ke Surabaya. ❤
    Sepanas itu kah Surabaya? Banyak yg bilang panas. Kukira adem, mbak. Hihih

    Liked by 1 person

    1. Asyiik, ada yang kangen postku nih. 😀
      kalau cuaca normal seperti hari ini 33 celcius, Ruri. tapi Ramadan kemarin lebih panas..
      Surabaya terkenal panas Rurii, Malang yang adem. hihi

      Liked by 1 person

  2. Horeeee udah balik ngeblog lagi. Eh ngomongin jalan-jalan.

    Surabaya sepanas apa sih? Tempatku kemarin pernah 22° abis itu panas edan edanan kayak orang lagi cemburu. *eh

    Ah salam aja buat adiknya. Bilangin kalau foto orang yang bagus. Hahaha :D(´~`)

    Liked by 1 person

    1. Yeaaay! wkwkwk, sakingnya banyaknya peristiwa sampe bingung nulis yang mana buat mulai ngeblog, Mbak.

      33 derajat mbak, siang ini juga sekitaran itu.
      Eh, wkwkwk bisa saja mbaak

      hahaha, dia udah balik pondok. nanti aku salamin deh kalau ketemu ^_^

      Like

  3. Okaeri senpai! Ternyata kemarin lagi liburan ya 😁

    Liburannya berfaedah, apa aku aja yang ngerasa lagi bacain tulisan tentang sejarah surabaya? Ternyata berwisata sambil menyejarah asyik yah.

    Terkesan sama mbok dar, gak ikut berperang tapi bisa ikut berjihad. Kalau mau makan, jaminannya besok harus masih hidup. Keren banget mbok dar😁

    Salam buat adik, sering-sering liburnya biar di ajak jalan-jalan terus wkwk. 😁

    Liked by 1 person

    1. Tadaimaaa, Dikaa! heuheu, iyaa, liburaan juga jarinyaa. haha

      Iya, ya. ini tulisan jadi semacam cerita sejarah. hahaha

      Mbk Dar keren ya, udah gitu beliau sering diminta buat jadi kepala dapur umum di peperangan-peperangan yang masih terus terjadi di zaman itu.

      wkwkwk. Jangan terus lah, jebol dompetku nanti Dikaa 😀

      Like

    1. Kaum Ibu paham betul, karena bersinggungan sama dapur tiap hari.haha
      Sura sama Bayanya tinggal patungnya aja Finda. Eh, masih ada Baya sih di bonbin.

      Like

    1. Seru mbk, coba saja naik hehe.
      coba naik pas weekday sepertinya tempat yang dikunjungi lebih seru. hihi

      salam kenal juga mbk Liana 🙂

      Like

Leave a comment